Sekilas, Menapaki Jejak Si Gadis Desa
Kala itu,
seusai menamatkan bangku sekolahnya di Sekolah Menengah Atas Negeri, Si Gadis
dengan semangat berkobar mendambakan dirinya untuk melanjutkan studi
dijenjang yang lebih tinggi.
Si Gadis hidup dari keluarga sederhana,
ia tinggal di serambi kota (perbatasan). Meskipun berasal dari keluarga
sederhana, Si Gadis tetap bersyukur dan merasakan bahagia diciptakan di tengah
orang-orang luar biasa (mamah, bapa, dan mamas).
Nampaknya, sebuah usaha butuh
berkali-kali tak hanya cukup sekali. Dorongan orangtua membuatnya tak mudah
untuk menyerah. Satu langkah tidak cukup menggapai mimpinya, yaitu diterima di
sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Berbagai jalur masuk Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) ia ikuti. Siang itu, ia terdiam, menikmati rintik hujan bersama
segala perasaan yang dialami Si Gadis. Sempat dilema, "Haruskah aku
melanjutkan langkahku? Ataukah aku berhenti di sini? Sementara aku hanya
seorang gadis desa yang hidup sederhana". Dengan segala pertimbangan,
akhirnya kemantapan untuk terus melangkah menggapai mimpinya pun ia dapatkan.
Setelah ia gagal Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), di
mana itu merupakan jalur masuk tanpa tes. Kemudian ia bergegas untuk mengikuti
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yaitu sebuah jalur masuk
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) secara tertulis. Ketika itu, ia mengikuti tes
tertulis panlok Purwokerto. Berangkat dengan kesungguhan hati, selama di
Purwokerto ia tinggal di kost kakak kelas semasa di Sekolah Menengah Atas.
Semalam sudah berlalu, pagi telah tiba dan tes pun menanti. Dua hari mengikuti
tes, kemudian ia langsung mengikuti kegiatan perkemahan di Bumi Perkemahan
(buper) Munjulluhur, Purbalingga. Memang ia adalah salah satu siswa yang aktif
di Sekolah Menengah Atas. Walaupun sudah lulus, kontribusinya masih dibutuhkan.
******
"Aku yakin, selalu ada jalan
untuk orang yang semangat berusaha." itulah alasan mengapa Si Gadis
bertekad melanjutkan perjalanan mimpinya itu (diterima di Perguruan Tinggi
Negeri).
Akan tetapi, usahanya kembali
kandas. "Kembali aku membuat kedua orangtua kecewa! Maafkan aku yang telah
membuat mereka (orangtua) kecewa berulangkali Rabb..." . Begitu merasa
bersalahnya Si Gadis.
"Apa yang harus aku
lakukan?". Seolah ia sudah pasrah dengan keadaan. Mencoba menahan segala kegalauan
dan kekecewaan itu dengan bersabar, yakin dengan skenario Tuhan yang jauh
lebih indah. Orangtua tak pernah meluapkan kekecewaan terhadap kegagalan Si
Gadis anaknya. Jikalau membicarakan kasih sayang dan kebaikan orangtua memang
tiada duanya.
******
Selanjutnya, ada dua pilihan antara
mencari receh atau mencari ilmu? Si gadis mendapatkan tawaran dari Kakak
laki-lakinya, "Bagaimana jika kamu ikut mas di sini?" (chatting
facebook). Si Gadis sempat tertarik, siapa sih yang nggak tertarik ke
Negeri Sakura alias Jepang. "Namun, aku anak perempuan satu-satunya dan
terakhir. Aku tidak tega jika harus meninggalkan mamah-bapa di rumah".
Akhirnya, Si Gadis memutuskan untuk di Indonesia saja.
Memanfaatkan teknologi, dengan browsing
ia menemukan informasi berkaitan dengan penerimaan mahasiswa baru (PMB). Dengan
penuh harap, Si Gadis menceritakan kepada orangtuanya. Kedua orangtuanya pun
menyetujui keinginannya.
******
Dua hari sebelum penutupan
pendaftaran ia mendaftarkan diri. Mamah adalah orang yang setia menemani Si
Gadis. Berangkat pagi-pagi, ia membayar biaya pendaftaran melalui Bank Negara
Indonesia (BNI) Cabang Gombong, yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Karena,
memang desanya berada di serambi kota atau perbatasan kabupaten. Kemudian
setelah membayar baru ia mendaftar secara online dan cetak kartu tes. Si
Gadis mendaftar di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yaitu
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
******
Tiba saatnya (ketika itu pas bulan
Ramadhan), setelah menunggu beberapa hari, Si Gadis berangkat menuju Yogyakarta
untuk mengikuti tes reguler masuk Universitas Islam Negeri (UIN) Suanan
Kalijaga menaikki bus efisiensi. Si Gadis berangkat seorang diri,
walaupun naik patas karena memang ia adalah pemabok berat (tentunya mabok
kendaraan ya, hehe) tetap saja ia pucat dan lemas tak berdaya. Bapa yang
menghantarkan Si Gadis ke tempat menunggu bus. Sebelum naik ke dalam bus ia
berpamitan dengan mata berlinang. "Aku harus bisa, aku tidak ingin membuat
mamah dan bapa kecewa lagi. Sudah cukup aku membuat mereka kecewa dan uang yang
dikeluarkan untukku sudah terlalu banyak, ini semua demi aku. Aku harus
bersungguh-sungguh, aku bisa!" (dalam hati Si Gadis sambil menahan
tangisnya sepanjang perjalanan menuju Yogyakarta).
******
Juli adalah bulan kelahiran Si
Gadis, nampaknya pengumuman hasil tes reguler ini adalah kado terindah yang
dipersembahkan Tuhan untuknya. Si Gadis lolos seleksi. Tak henti-henti ia
mengucap syukur alhamdulillah... atas keberhasilannya. Ia mencium kening
mamah sebagai ucapan terima kasih. karena mamah lah yang selalu memberi
semangat dan pokoknya mamah segalanya.
******
Dari kisah Si Gadis ini dapat
diambil pelajaran bahwa sebuah kesuksesan ataupun keberhasilan membutuhkan
usaha dan usaha tak cukup satu langkah. Selain itu, semangat dan dukungan dari
orangtua serta orang-orang di sekitar juga sangat diperlukan. Teruslah
bersemangat menggapai cita. Selalu ada jalan bagi mereka yang bersungguh-sungguh.
Usaha keras tak akan mengkhianati.
keren keren ngeblog :v
BalasHapushaha.. daripd pengangguran,hehe
BalasHapus